Sudah dengar berita anak-anak yang meminta dispensasi sekolah akibat hamil diluar nikah atau berita meledaknya jumlah kasus HIV di satu kota besar di Indonesia. Seberapa gentingnya permasalahan free sex yang terjadi sekarang ini? Masihkah sex harus menjadi hal yang tabu di bicarakan tetapi menjadi momok masalah tak bersolusi?
Sex adalah Tabu?
Stigma sebagian masyarakat mengenai sex memang selalu berarah ke hal berbau negative penyimpangan sexual. Faktanya bukan hanya di Indonesia saja pembicaraan mengenai sex menjadi hal tabu. Di negara maju macam Inggris pun pembahasan mengenai kesehatan reproduksi beserta relasi masih dipandang sebelah mata bahkan mengundang pendapat kontra.
Ada beberapa alasan mengapa seks di anggap tabu, antara lain:
- Keyakinan budaya dan agama. Dalam beberapa budaya dan komunitas agama. Seks di pandang sebagai masalah pribadi atau intim yang tidak boleh di bicarakan di depan umum.
- Kurangnya pendidikan seks yang komprehensif. Di banyak negara, pendidikan seks terbatas atau tidak di ajarkan sama sekali, yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman atau malu secara umum seputar subjek.
- Stigma dan diskriminasi. Seringkali ada stigma dan diskriminasi yang diasosiasikan dengan bentuk-bentuk perilaku seksual tertentu, seperti homoseksualitas atau hubungan non-monogami. Hal ini dapat menyebabkan keengganan untuk mendiskusikan topik ini secara terbuka.
- Historis. Secara historis, seks telah di asosiasikan dengan sikap negatif atau perilaku tidak bermoral. Selain itu warisan ini masih dapat memengaruhi sikap terhadap seksualitas dan diskusi seksual saat ini.
Meskipun membahas seks mungkin tidak nyaman bagi sebagian orang. Penting untuk mengakui bahwa seks adalah bagian yang normal dan alami dari pengalaman manusia. Dengan mendobrak tabu seputar seks dapat melakukan percakapan yang lebih terbuka dan jujur. Tentang kesehatan, perilaku, dan kesejahteraan seksual, yang dapat meningkatkan hasil kesehatan dan hubungan yang lebih kuat.
Baca juga : THINPREP® 2000 TEKNOLOGI PAP SMEAR MASA KINI
Lalu, Bagaimana Sex bisa menjadi bagian dari Pendidikan?
Pendidikan seks adalah suatu proses mendidik individu, terutama kaum muda, tentang anatomi seksual manusia, reproduksi seksual, hubungan seksual, kontrasepsi, penyakit menular seksual, dan hubungan yang sehat. Tujuan dari pendidikan seks adalah untuk mempromosikan perilaku seksual yang sehat. Serta membantu individu membuat keputusan tentang kesehatan dan kesejahteraan seksual mereka. Ini biasanya di ajarkan di sekolah meskipun keluarga juga berperan dalam memberikan pendidikan seks kepada kaum muda.
Pentingnya pendidikan seks terletak pada kemampuannya untuk mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan seksual, mengurangi penyebaran infeksi menular seksual, dan membantu individu membuat keputusan tentang kehidupan seksual mereka. Beberapa manfaat utama dari pendidikan seks meliputi:
- Mempromosikan perilaku seksual yang sehat: Pendidikan seks dapat membantu individu memahami bagaimana terlibat dalam aktivitas seksual dengan cara yang aman dan bertanggung jawab.
- Mencegah kehamilan yang tidak di inginkan: Dengan memberikan informasi tentang kontrasepsi, pendidikan seks dapat membantu individu menghindari kehamilan yang tidak di inginkan.
- Mengurangi penyebaran infeksi menular seksual: Dengan mengajarkan tentang penularan dan pencegahan infeksi menular seksual, pendidikan seks dapat membantu mengurangi penyebaran penyakit ini.
- Membina hubungan yang sehat: Pendidikan seks dapat membantu individu memahami pentingnya komunikasi, persetujuan, dan rasa hormat dalam hubungan, yang dapat mengarah pada hubungan yang lebih sehat dan lebih memuaskan.
- Menantang stereotip gender dan mempromosikan kesetaraan gender: Pendidikan seks dapat membantu individu memahami dan menantang stereotip gender, mempromosikan kesetaraan gender, dan menciptakan masyarakat yang lebih inklusif.
Secara keseluruhan, pendidikan seks merupakan komponen penting dari pendidikan kesehatan yang komprehensif, dan memainkan peran penting dalam mempromosikan kesejahteraan individu dan masyarakat.
Bahaya Free sex
Seks bebas dapat memiliki beberapa potensi bahaya dan risiko, baik secara fisik maupun emosional. Beberapa di antaranya:
- Infeksi Menular Seksual (IMS). Seks bebas meningkatkan risiko tertular IMS, karena individu mungkin tidak mengetahui riwayat seksual pasangannya atau apakah mereka membawa infeksi.
- Kehamilan yang tidak di inginkan. Seks bebas dapat mengakibatkan kehamilan yang tidak di inginkan, yang dapat menimbulkan konsekuensi emosional, finansial, dan kesehatan yang signifikan.
- Kerusakan emosional: Seks bebas dapat menyebabkan perasaan menyesal, bersalah, atau rendah diri, terutama jika salah satu pasangan merasa di manfaatkan.
- Menurunnya kemampuan untuk membentuk hubungan yang bermakna. Seks bebas dapat mengganggu perkembangan hubungan yang sehat dan bermakna. Karena individu mungkin berjuang untuk membentuk hubungan emosional yang mendalam dengan orang lain.
- Meningkatnya kecemasan dan stres. Seks bebas dapat meningkatkan perasaan cemas dan stres karena individu mungkin khawatir tertular IMS atau hamil. Selain itu, mungkin merasakan tekanan untuk terlibat dalam perilaku seksual yang tidak nyaman bagi mereka.
Penting untuk diingat bahwa meskipun seks kasual dapat menyenangkan bagi sebagian orang. Penting untuk membuat keputusan yang terinformasi dan bertanggung jawab tentang perilaku seksual. Ini termasuk menggunakan perlindungan, berbicara secara terbuka dan jujur dengan pasangan tentang riwayat dan batasan seksual, dan mencari perawatan medis jika perlu.